Sabtu, 29 Desember 2007

sambungan..mDGs........

MDGS (Millenium Development Goals) atau tujuan pembangunan abad millennium yang merupakan penjabaran resolusi majelis umum PBB nomor 55/2 yaitu ‘Millennium Declaration’ yang disepakati pada tanggal 8 Desember 2000 oleh para pemimpin Dunia termasuk Presiden Abdulrahman Wahid dari Indonesia.
Saat itu 185 negara anggota PBB menandatangani kesepakatan global untuk mengurangi jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan menjadi setengahnya pada tahun 2015.PBB membuat klasifikasi orang miskin adalah orang yang hidup dengan biaya 2 dollar AS per hari atau dibawah Rp.20000 per hari.
MDGS dibagi menjadi 8 tujuan yaitu:
1. Membrantas kemiskinan dan kelaparan
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua
3. Mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan
4. Menurunkan angka kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya
7. Menjamin keberlanjutan lingkungan hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Saya akan menjelaskan kedelapan tujuan diatas yaitu:
yang pertama adalah; membrantas kemiskinan dan kelaparan, saat ini terdapat 1,3 miliar penduduk dunia yang dikategorikan miskin atau setengah dari penduduk dunia. Ada 800juta orang yang mengalami kekurangan gizi dan kelaparan dan lebih dari 600 juta orang tidak dapat memperoleh air bersih.Di Indonesia sendiri situs kemantrian pemberdayaan wanita menyebutkan hasil badan pusat statistic yang menyatakan 16 % atau 39 juta penduduk Indonesia berada dibawah garis kemiskinan . besar kemungkinan angka ini lebih banyak bencana alam yang dialami bangsa kita meyebabkan tingkat kesejahteraan juga menurun.
Kompas edisi jumat 28 september 2007 menyebutkan 46% penduduk provinsi bengkulu termasuk keluarga miskin, dan setelah gempa 7,9 SR 12 september lalu dapat dipastikan jumlahnya lebih dari itu. Dengan jumlah penduduk sekitar 1,7 juta jiwa, dapat diprediksi setidaknya lebih dari 700.000 jiwa adalah keluarga miskin.
Jadi sekarang kita hidup di provinsi termiskin di pulau sumatera dan sebenarnya saat ini kita sedang hidup bersama 700.000 keluarga yag tidak sanggup mendapatkan Rp 20000 sehari untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Yang kedua yaitu : Menciptakan pendidikan dasar untuk semua , PBB memperkirakan terdapat 115 juta anak – anak putus sekolah yang berada di Negara berkembang, padahal kita berharap banyak pendidikan bisa dipergunakan untuk memotong lingkaran setan kemiskinan, terlebih lagi ada konveksi hak anak yang menyebutkan anak mempunyai hak atas kelangsungan hidup , perlindungan, perkembangan dan partisipasi, selain itu UU perlindungan anak menjamin anak harus dilindungi agar tidak putus sekolah.di Indonesia sendiri begitu banyak anak-anak miskin diperkotaan, pedesaan, dan pedalaman tetap kesulitan mengakses pendidikan yang layak.
Yang ketiga yaitu:mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan. Forum nasional Perempuan kepala keluarga (PEKK) menyebutkan setidaknya 6 juta perempuan menjadi kepala keluarga yang menghidupi 3-5 anggota keluarga dengan bekerja disektor informal dengan pendapatan Rp.10.000/hari. Mereka juga menjadi korban kekerasan dan deskriminasi.(forum nasional perempuan kepala keluarga)
Yang keempat yaitu menurunkan angka kematian anak. Angka kematian bayi di Indonesia adalah yang tertinggi di asia tenggara, yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup dengan penyebab kurang gizi karena miskin atau tidak adanya pelayanan kesehatan yang cukup memadai ketika ia lahir (survei demografi kesehatan indonesia 2002-2003)
Yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu. Data UNFPA /Badan kependudukan PBB menyebutkan setiap menit 1 orang wanita meninggal dunia karena melahirkan atau setara dengan 1440 orang wanita meninggal setiap hari di dunia.sementara di Indonesia survey demokrasi dan kesehatan Indonesia 2002-2003 menunjukan sebanyak 20.000 ibu meninggal dari 5 juta kelahiran dalam setahun dan ada 2 ibu meninggal setiap jamnya.penyebab kematian ibu tertinggi adalah karena aborsi yaitu 30%. Dari seluruh pelaku aborsi 57% adalah wanita berusia 25 tahun dan 24% dari situ adalah remaja berusia 19 tahun.artinya ketika kita sedang begitu bersemangat membangun masa muda kita ternyata begitu banyak teman-teman kita harus mengalami nasib yang mengerikan seperti ini dan tentunya inijuga menjadi peringatan buat kita, baik dalam berpacaran kita amat berharap kita tidak menambah data mengerikan ini.
Yang keeman yaitu memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
10.384 kasus HIV/AIDS lebih dari separuh kasusnya berasal dari usia 15-29 tahun dan 49,5 % melalui narkoba (kompas, 24 nov 2007).
Kasus penyakit malaria dan penyakit lainnya dengan vektor nyamuk meningkat dikarenakan kenaikan suhu bumi akibat pemanasan global (kompas, 14 nov 2007)
Yang ketujuh yaitu menjamin keberlanjutan lingkungan hidup.Indonesia mengalami kehilangan hutan tropis tercepat di dunia, 2 jt ha/tahun menjelang tahun 2000 (kajian forest watch indonesia & global forest watch 2001),Indonesia kehilangan hutan hampir 50% (majalah tempo),Wetland international menyatakan indonesia adalah negara ke-3 penyumbang/emiter CO2 akibat lahan gambut dan kebakaran hutan.Walhi bengkulu menyebutkan 90% hutan produksi Bengkulu tidak memiliki potensi kayu, 75 % hutan lindung rusak dan tidak dapat berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan 70%cagar alam rusak berat. Pemanasan global tentu menjadi ancaman yang serius bagi bangsa kita. Dengan semakin naiknya suhu bumi, tinggi permukaan laut juga menaik dan bahkan dapat menenggelamkan pulau-pulau kecil. Bangsa kita yang terdiri dari kepulauan dengan ribuan pulau kecil dan diapit 2 benua utama dunia yaitu samudera hindia dan samudera fasifik tentu dapat mendapatkan dampak langsung artinya jutaan masyarakat kita terancam hidupnya.
Yang terakhir yaitu mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.banyak cara untuk mewujudkan MDGS, diantaranya kerja sama antar Negara dengan memberikan bantuan langsung, pengurangan utang kepada Negara-negara miskin atau memberikan akses perdagangan yang adil bagi Negara miskin.
Mungkin tidak banyak hal yang bisa kita lakukan untuk bangsa ini, tetapi kita bisa melakukan sedikit hal, salah satunya adalah menyebarkan informasi tentang MDGS supaya semakin banyak yang tahu, peduli dan mendesak pemerintah untuk serius melaksanakan pembangunan. Rakyat kita berhak menggemgam tingkat kesejahteraan yang telah dinikmati rakyat di Negara tetangga kita.saya berharap kita bukan hanya tahu tapi dapat melakukan sesuatu meskipun kecil, perlu kita tahu hal-hal kecil yang dapat kita lakukan sanga bermakna besar bagi bangsa kita.dan tentunya saya berharap ini sangat bermamfaat bagi kita semua.

Jumat, 21 Desember 2007

...MDGs..



Millenium Development Goals atau MDGs adalah proyek kemanusiaan yang dicanangkan PBB selama 15 tahun (2000-2015). MDGs disepakati semua anggota PBB, termasuk Indonesia.

Salah satu tujuan utamanya adalah mengurangi jumlah penduduk miskin menjadi separuh pada 2015. Niat yang sama telah dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kampanye pilpres saat menargetkan peningkatan pendapatan masyarakat dari 968 dollar AS menjadi 1.731 dollar AS dan penurunan jumlah orang miskin pada akhir jabatannya, dari 16 persen menjadi 8,2 persen pada 2009.

Sayang, akibat kenaikan harga BBM dan merebaknya bencana, jumlah orang miskin di Indonesia meningkat menjadi 17,75 persen (Maret 2006) atau sekitar 39 juta jiwa. Jumlah penganggur menjadi 40,4 juta jiwa, sekitar 38 per- sen dari jumlah angkatan kerja.

Bagi Amartya Sen, seseorang disebut miskin karena tak punya akses untuk memenuhi kebutuhannya. Akses yang menjadi hak tiap orang itu ditentukan "nilai diri". Bagi kebanyakan orang, nilai yang dimiliki sebatas tenaga kerja. Karena itu, kemiskinan dan kelaparan tak bisa diatasi dengan sekadar memperbesar produksi. Ada kesepakatan luas, jika pemberantasan kemiskinan adalah motif utama kebijakan pembangunan, pengadaan dan peningkatan penghasilan orang miskin adalah tujuan terpenting semua kegiatan.

Namun, ada dua paradigma berbeda tentang cara pencapaiannya. Pertama, asumsi pertumbuhan ekonomi adalah resep terbaik memberantas kemiskinan karena akan menyerap tenaga kerja. Namun, kenyataan empiris menunjukkan hal berbeda. Penyebabnya, terutama akibat maraknya cara berproduksi padat modal dan hemat tenaga kerja.

Berseberangan dengan paradigma itu adalah keyakinan, orang miskin harus dibantu mendapat penghasilan. Usaha kecil diyakini sebagai pendukung utama perekonomian rakyat. Ketika persamaan kesempatan dengan usaha padat modal tersedia, usaha kecil diyakini bakal mampu meningkatkan investasi, inovasi, pengembangan usaha, dan penghasilan. Sayang, belum ditemukan bukti empiris yang meyakinkan bahwa asumsi itu bisa menjadi kenyataan. Lagi pula berhasil tidaknya sebuah usaha banyak ditentukan oleh pasar. Berangkat dari kenyataan pesimistis ini, opsi apa yang harus dipilih?

Pelibatan orang miskin

Tampaknya, meski tidak ada resep instan dan dipastikan manjur, beberapa hal berikut ini bisa menjadi pegangan dalam kebijakan memberantas kemiskinan.

Pertama, manusia, kesejahteraan, dan pengamanan masa depannya harus menjadi fokus utama kebijakan pembangunan. Bukan pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, kemampuan bersaing atau integrasi ke pasar global. Sebagai bahan abstraksi, semua bisa merupakan gambaran tingkat kesejahteraan sebuah bangsa. Namun, secara nyata, data pendapatan per kapita, kegagalan pasar, dan buruknya governance sering mengaburkan banyak detail dan melupakan hambatan (ceteris paribus) yang merugikan orang, negara miskin, dan relasi asimetrik pasar global.

Kedua, lewat kebijakan dan regulasi, kesempatan sama harus diberikan dalam persaingan antara usaha kecil dan menengah- besar padat modal maupun antarusaha kecil itu sendiri.

Ketiga, pemberantasan kemiskinan lewat pengadaan lapangan kerja harus memerhatikan tingkat pengembangan industri dan integrasi sebuah negara di pasar dunia. Negara yang tingkat pertumbuhan industrinya belum maju, sementara sektor informalnya mendominasi, seperti Indonesia, perlu mempertimbangkan strategi yang pas. Ambisi agar mampu bersaing dalam pasar global sebaiknya dibarengi upaya mendukung usaha kecil sebagai basis industrialisasi.

Keempat, pemetaan masalah dan potensi sebuah negara serta akseptansi strategi pembangunan yang spesifik hanya akan bisa diterima luas bila hal itu dilakukan dengan melibatkan semua pihak, terutama orang miskin.

Kelima, negara berkembang dengan potensi pasar luas seperti Indonesia sering ditekan lembaga multilateral (terutama WTO, IMF, dan Bank Dunia) serta negara adidaya (khususnya AS) untuk membuka pasarnya dan menghilangkan subsidi. Bila ini dituruti, berdampak anjloknya tingkat upah dan meningkatnya PHK yang berarti meningkatnya jumlah orang miskin.

Bahwa cara pandang, nilai, dan struktur dalam perekonomian selalu berubah, telihat dalam kian pentingnya lingkungan sebagai faktor perekonomian. Tuntutan negara-negara berkembang berpenduduk besar—seperti China, India, dan Brasil—atas cadangan air, oksigen, dan energi yang kian terbatas akan mendorong perubahan drastis dalam pola konsumen di negara-negara maju. Hal ini membuat cara berproduksi padat modal yang bergantung pada sumber energi eksternal dan tak terbarui menjadi kian mahal sehingga tenaga kerja sebagai faktor produksi —kembali— menjadi penting.

Dengan demikian, pelibatan orang miskin akan semakin riil sehingga waktu tersisa untuk mengurangi jumlahnya pada 2015, menjadi lebih realistis.